Aku
masih bekutat dengan tugas-tugas kuliahku. Bolpoin masih dalam genggaman,
kertas-kertas yang berisikan tulisan tanganku berserakan di meja. Kutengok jam
yang bertengger di tembok bercat putih, pukul 01.13 WIB. Sudah malam, teras perpustakaan
kampus sudah nampak sepi hanya ada dua orang yang duduk agak jauh dari
tempatku. Inilah kewajibanku sebagai mahasiswa, menyelesaikan tugas-tugas dari
dosen yang tak kenal waktu. Literatur setebal bantal tidurku sudah enggan
kubaca lagi. Dengan kacamata yang melorot dan bertengger di hidung, aku
mengedip-kedipan mataku menahan kantuk. Semilir angin kurasakan di belakang
tekukku, mencolek leherku dan mengombang-ambingkan mentalku. Kutepis pikiran
yang tidak-tidak dalam otakku. Kurasakan ada yang menepuk pundakku, “Sel!!”
suara yang tak asing lagi bagiku. Kutoleh ke belakang ternyata Rina teman satu
jurusanku,
“Kamu
bikin aku kaget. Kamu kok ada di sini?”
“Iya
tadi aku di dalem, cari wi-fi. Kamu masih lama?”
“Enggak
kok, kurang beberapa point lagi dan
selesai.”
Rina
duduk di sampingku, “Aku temenin deh. Biar pulangnya bisa barengan.”
Tiba-tiba
seorang perempuan datang menghampiri kami, “Boleh aku duduk, disini?” perempuan
itu meminta ijin kepada kami. Rina menggangguk sambil tersenyum, “Silahkan.”
Aku memandangnya sebentar lalu menulis kembali. “Lagi ngerjain tugas juga?”
tanya Rina pada perempuan itu. “Iya.” Jawabnya sambil tersenyum sambil membuka
bukunya. Aku merasakan hawa dingin yang menusuk kulitku, kulihat wajah
perempuan itu lagi, pucat. Selembar kertas milikku terjatuh karena tertiup
angin, terpaksa aku berjongkok untuk mengambilnya dan tiba-tiba jantungku
berdegup kencang. Perempuan ini, kakinya menggelantung tak menginjak tanah, ada yang aneh. Bukan, bukan kakinya
menggelantung tapi telapak kakinya tak ada. Aku menelan
ludah, keringat dingin mengucur. Segera kuambil kertasku dan ku masukkan ke
dalam tas, “Ayo Rin, kita pulang.” Ajakku. “Kok pulang?” tanya perempuan itu.
“I… iya, su, sudah malam.” Kataku terbata-bata. Aku menggandeng tangan Rina,
kudengar perempuan itu berkata, “Sudah malam atau sudah atau sudah tahu…” aku
mengajak Rina berlari sekencang mungkin.